Jumat, 09 November 2018

Kebun Cengkeh Desa Sumbarang

Jalan - Jalan di kebun Gamprit 
Ya, hari itu saya meniliki perkebunan cengkeh milik warga, tepatnya di pedalaman gamprit Desa Sumbarang. Sebagai bagian dari proses pemahaman inyong terhadap cengkeh, nyong diharuskan ikut mamake bojo ke kebun sembari mempelajari seluk-beluk budidaya dan permasalahan pada komoditas ini.
Sepanjang perjalanan keliling kebun, mamake terus berbicara soal keadaan pohon cengkehnya. Sejak awal masuk ke kebun, nyong diberitahu bagaimana caranya menanam kembali pohon cengkeh dengan cara menyulam. Itu loh, menanam bibit cengkeh baru di samping pohon yang mulai tidak produktif.
Kebanyakan pohon yang ada di lahan gamprit ini telah ditanam sejak tahun 1980-an, karenanya sudah ada yang tidak produktif karena sebab-sebab tertentu. Misal terkena penyakit jamur akar atau hama ulat pengerek batang. Selain itu tidak produktifnya pohon juga bisa terjadi karena jarak tanam yang terlalu mepet hingga percabangannya tidak tumbuh baik.
Kalau sudah begitu, Ia menyiapkan bibit cengkeh yang ditanam bersamaan dengan satu tanaman lain, agar nantinya ada dua akar tanaman yang bisa mencari makanan untuk kesuburan cengkeh. “Kalau sudah mulai tumbuh, batang tanaman yang satunya kita potong terus hingga akan dimatikan jika pohon cengkehnya sudah berusia satu tahun,” jelasnya sembari menunjukkan bibit yang belum lama ditanam.
Menurut cerita orang-orang, cengkeh adalah tanaman yang tidak perlu banyak dirawat. Setidaknya, cengkeh hanya perlu diurus dua kali setahun dengan cara membersihkan kebun dan memberikan pupuk pada pohon yang ada. Tidak perlu sering-sering ke kebun gamprit ini, apalagi sampai tiap hari berangkat...yaa harapane kebun Gamprit Ini tetep Lestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar