SEJARAH BANGSA TEGAL
Ana Cerita kaya kiye..sumbere dari buku tegal sepanjang sejarah karangane sumarno BA Tegal.
semula merupakan desa kecil, dan kemudian di bangun menjadi pelabuhan sekitar tahun 1590, yaitu setelah kedatangan K.G. Sbayu pada tahun 1586 dan Ki Gede Subayu membangun bendung Danawarih tahun 1596. Selesai membangun bendungan itu pada tahun 1600 M. Karena jasanya, Ki Gede Subayu bersama putranya Ki Gede Honggowono dijadikan sesepuh Tegal, dan Ki Gede Subayu diberi pangkat Juru Demung dengan pangkat Tumenggung pada tahun 1600, dan pada tanggal 30 Juli 1601 diangkat sebagai Tumenggung Tegal.
Karena pangkat Tumenggung itu merupakan pangkat setingkat bupati, maka Tegal diakui sebagai kabupaten. Ki Gede Subayu diganti oleh Ki Gede Honggowono. Pada sekitar tahun 1625 diangkatlah Mertoloyo menjadi bupati Tegal, dan Mertoloyo inilah bertugas untuk mempertahankan Tegal agar tidak dikuasai Kompeni (Belanda). Tugas berat yang diberikan kepada Tumenggung Mertoloyo oleh Sultan Agung Anyokrokusumo di mana Tegal harus bisa mencukupi kebutuhan makan bagi prajurit Kaladuta yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso dari Pekalongan, serta harus membuat senjata perang Tumenggung Mertoloyo dua kali menjadi sumber kekuatan pasukan Mataram menyerang Belanda di Batavia ( Jakarta ).
Setelah Adipati Mertoloyo gugur 17 Januari 1678, Tumenggung Sindurejo berusaha memajukan Tegal, dengan cara mengadakan pembukaan lahan-lahan pertanian tetapi sayang Sindurejo (Gendowor) meninggal karena terperosok dalam rawa di Tembokluwung, sekitar tahun 1680.
Sultan Amangkuarat II kemudian mengangkat Tumenggung Honggowono Secomenggolo menjadi bupati Tegal denagn gelar Tumenggung Reksonegoro I, berkedudukan di Karangmarga Kalisoka ( Kecamatan Dukuhwaru, Slawi - Tegal ).
B. Wangsa Reksonegaran
Tumenggung Honggowono Secomenggolo menjabat Bupati Tegal tahun 1680-1697. Karena waktu diangkat menjadi bupati sudah tua, maka dikenal dengan nama Ki Ageng Popo, dan mempunyai pusaka bernama Kyai GILGIL.
Waktu Tumenggung Honngowono Secomenggolo menjadi bupati, bergelar Reksonegoro, dan saat itu sedang berkecamuk perang Untung Surapati. Karena itu Tegal ikut terlibat perang melawan Belanda dan membantu Untung Surapati ke Surakarta. Beberapa orang prajurit Surapati yang sudah jompo terpaksa ditinggal di daerah Tegal, antara lain Ki Sembana Pagerbarang, Ki Santeg, Ki Merta dan Ki Kejawar di Srengseng.
Tumenggung Reksonegoro I mempunyai putri bernama Nyi Ronggeh yang menikah dengan Pangeran Nalajaya atau juga disebut Pangeran Tampar dari Palembang, dan berputra tiga orang, yaitu : Secowijaya, Secomenggala dan Badrayuda Secowerdoyo.
Secowijoyo menjadi bupati hanya tiga bulan, meninggal karena sakit dan diganti oleh adiknya yaitu Secomenggolo tahun 1697 dan gelar Tumenggung Reksonegoro II. Tumenggung Reksonegoro II hidupnya royal, suka bersenang-senang dan banyak menghamburkan uang. Karena itu, terpaksa melakukan korupsi dan atas perintah Sultan Amangkurat II, Reksonegoro II dihukum mati, dan waktu di Semarang minum racun dan meninggal. Jenasahnya dimakamkan di Bergota Semarang.
Tumenggung Janingrat, Bupati Pekalongan segera mengajukan usul ke Sultan Amangkurat II, agar putranya Raden Tirtonoto diangkat menjadi bupati Tegal, terjadi sekitar tahun 1700. Karena peristiwa ini keluarga Reksonegoro di Tegal mengajukan usul, agar pengangkatan dibatalkan, namun Sultan tetap pada pendiriaannya itu, akhirnya rakyat Tegal berontak. Semboyan Banteng Wareng binoncengan atau atau Banteng wareng ingobyongan timbul di Tegal. Pemberontakan tersebut karena Bupati Tirtonoto bersekutu dengan Kompeni Belanda, dan rakyat Tegal tidak bisa menerimanya.
Tempat kediaman Tumenggung Tirtonoto di Tegal diserang, dan pasukan Belanda menyerang Kalisoka dan membakarnya. Kalisoka hancur karena serangan yang bertubi-tubi itu, dan Belanda merasa kewalahan maka Tumenggung Tirtonoto terpaksa melarikan diri ke Pekalongan. Sultan Amangkurat II mengangkat Badrayuda Secowerdoyo jadi Bupati Tegal dan bergelar Tumenggung Reksonegoro III. Tempat kedudukan kabupaten di Kalisoka.
Tahun 1703 Sultan Amangkurat II mangkat dan diganti oleh Sunan Kencet atau Sunan Amangkurat III, dan melawan Belanda. Sunan Amangkurat III tertangkap Belanda dan diasingkan ke Seylon tahun 1708.
Gantinya Paku Buana I dan mangkat tahun 1719 diganti oleh Amangkurat IV. Tidak lama kemudian timbul perang perebutan tahta, dan Mas Garendi putra Amangkurat III menuntut tahta. Atas bantuan Mas Said dan Patih Danurejo, Amangkurat V dapat menjadi raja, namu digulingkan oleh Amangkurat IV yang dibantu oleh Pangeran Mangkubumi. Akhirnya diadakan gencatan senjata dan perundingan tahun 1755 di Giyanti dan dipecahkan kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Jogyakarta. Surakarta dipimpin oleh Amangkurat IV yang begelar Paku Buana II dan Jogyakarta oleh Sultan Hamengkubowono I (Pangeran Mangkubumi). Dalam peperangan merebut tahta inilah Tumenggung Bodroyudo Secowerdoyo atau Reksonegoro III ikut berperan. Waktu di kabupaten Ayah, Reksonegoro III di kalahkan oleh Tumenggung Arumbinang dari Kebumen.
Tahun 1740 waktu perang Pecinan Tumenggung Reksonegoro III dapat mengundurkan tentara Mataram yang dipimpin oleh Ki Ageng Wanantara di lereng Gunung Slamet. Tempat peperangan antara pasukan Tegal dan Mataram ini terkenal dengan nama Balanira di Desa Kedawung.
Sebenarnya tahun 1743 Tumenggung Reksonegoro III sudah minta mundur dari jabatan kepada Gubernur Van Imhoff, yaitu waktu berada di Tegal. Namun tidak diijinkan, malah disuruh memimpin pasukan di Semarang. Tumenggung Bodroyudo Reksonegoro III gugur di Semarang, makam di Bergota ( Pem. HB mengakui sebagai Reksonegoro II ). Tumenggung Bodroyudo gugur dalam perang Mangkubumen tahun 1746.
Putra Ki Bodroyudo ( Reksonegoro III ) banyak, dan yang dikenal :
1. Tumenggung Secowerdoyo III jadi bupati Tegal dengan gelar Reksonegoro IV, menjabat antara 1746-1776,
2. Tumenggung Kartoyudo gelar Reksonegoro V menjabat antara tahun 1776-1800,
3. Tumenggung Sumodiwongso, waktu di Brebes bergelar Tumenggung Sumodiwongso, waktu di Tegal bergelar Reksonegoro VI, dan waktu di Pemalang bergelar Tumenggung Suroloyo.
- Di Brebes antara tahun 1800 – 1816
- Di Tegal antara tahun 1816 – 1819
- Di Pemalang antara tahun 1819 - 1821
4. Tumenggung Reksonegoro VII menjabat antara tahun 1821-1857
1. Tumenggung Secowerdoyo III jadi bupati Tegal dengan gelar Reksonegoro IV, menjabat antara 1746-1776,
2. Tumenggung Kartoyudo gelar Reksonegoro V menjabat antara tahun 1776-1800,
3. Tumenggung Sumodiwongso, waktu di Brebes bergelar Tumenggung Sumodiwongso, waktu di Tegal bergelar Reksonegoro VI, dan waktu di Pemalang bergelar Tumenggung Suroloyo.
- Di Brebes antara tahun 1800 – 1816
- Di Tegal antara tahun 1816 – 1819
- Di Pemalang antara tahun 1819 - 1821
4. Tumenggung Reksonegoro VII menjabat antara tahun 1821-1857
Tumenggung Secowerdoyo III atau Reksonegoro IV berputra antara lain :
1. Tumenggung Sumonegoro menjadi bupati Pemalang,
2. Tumenggung Surengrana menjadi jogosuro di Tegal.
1. Tumenggung Sumonegoro menjadi bupati Pemalang,
2. Tumenggung Surengrana menjadi jogosuro di Tegal.
Tumenggung Surengrono berputra Mas Jelantir menjadi kemasan di Kalisoka, menurunkan bupati Pemalang.
Tumenggung Kartoyudo atau Reksonegoro V berputra RM Panji Aji Cokronegoro, menjadi bupati Tegal tahun 1800-1816, dan berputra RM Pusponegoro bupati Brebes. RM Pusponegoro melawan Belanda dan meninggal di Ketanggungan, dan dimakamkan di Kalisoka. RM Panji Aji Cokronegoro berdiam di Tegal (Kaloran, dulu pernah ditempati oleh Kantor PU kabupaten, dan kini gedung itu sudah dibongkar). RM Panji Aji Cokronegoro terkenal dengan nama bupati Kaloran, dan melawan pemerintah Inggris, meninggal di pengungsian, yaitu di Semedo. Makam di Semedo, kec. Kedungbanteng. Raden Surengrono, nasibnya tidak diketahui, tetapi ada mengatakan lari ke Selatan, dan di Traju ada makam prajurit dengan nama Singayudo.
Tumenggung Sumodiwongso menikah dengan putri Mangkunegoro, berputra :
1. Tumenggung Reksodiningrat, menjadi bupati Pemalang.
2. Putri menikah dengan Pangeran Singasari Panotoyudo dan menurunkan bupati-bupati Brebes
3. Tumenggung Joyonegoro atau juga bernama Tumenggung Notonegoro menjadi bupati di Pemalang.
1. Tumenggung Reksodiningrat, menjadi bupati Pemalang.
2. Putri menikah dengan Pangeran Singasari Panotoyudo dan menurunkan bupati-bupati Brebes
3. Tumenggung Joyonegoro atau juga bernama Tumenggung Notonegoro menjadi bupati di Pemalang.
Pangeran Singasari inilah yang mempunyai abdi yang sangat setia dan terkenal dengan nama Joko Poleng. Joko Poleng mendiami salah satu kamar di Rumah Dinas Bupati Brebes, dan kini kamar itu dikeramatkan. Dahulu waktu jabatan Bupati merupakan keturunan, yang diangkat adalah keturunan Pangeran Singasari atau Tumenggung Sumodiwangsa.
C. Pernah Menjadi Ibukota Karesidenan
Setelah Tegal dikuasai Kumpeni tahun 1743, VOC mendirikan benteng di pantai Tegal . Bekas benteng itu kini dijadikan Lembaga Pemasyarakatan Tegal. Tata kota diatur oleh kumpeni dan rumah bupati dipindah ke Sentanan. Sedangkan kepatihan di Kauman Tegal.
Bupati Secowerdoyo II yang bergelar Reksonegoro IV menempati rumah dinas yang baru itu. Setelah perang Mangkubumen dan sesudah perjanjian Gianti tahun 1755 M, kota Tegal dijadikan Ibukota Karesidenan, dan kumpeni berkediaman di bekas balaikota (sekarang). Karesidenan Tegal mencakup Kabupaten Brebes, Tegal, dan Pemalang. Bumiayu diperintah oleh perwakilan yang berpangkat patih.
Karesidenan Tegal berlangsung hingga tahun 1900, dan sejak 1 Januari 1901 M, Tegal merupakan Kabupaten dengan kawedanan-kawedanan : Tegal, Maribaya, Gantungan, Adiwerna, Dukuhringin dan Pangkah. Kemudian dirubah menjadi : Kawedanan, Tegal, Kawedanan Adiwerna, Kawedanan Pangkah, Kawedanan Jatinegara, Kawedanan Slawi, Kawedanan Balapulang, Kawedanan Bumijawa dan Kawedanan Surodadi.
Tahun 1928 Tegal dijadikan ibukota Karesidenan lagi dan meliputi Brebes, Tegal, Pemalang, dan Pekalongan. Pada setiap kabupaten ditempatkan seorang Asisten Residen, dan untuk Tegal berkedudukan di Slawi (Procot).
Tahun 1942 Tegal dijadikan kota kabupaten lagi, dan kota karesidenan pindah ke Pekalongan. Kabupaten Tegal dijadikan 6 Kawedanan yaitu : Tegal, Adiwerna, Slawi, Pangkah, Balapulang, dan Bumijawa. Kabupaten Tegal dijadikan 18 Kecamatan.
Kini 18 Kecamataan itu ialah : Warureja, Suradadi, Kramat, Tarub, Dukuhturi, Adiwerna, Talang, Pangkah, Jatinegara, Dukuhwaru, Lebaksiu, Balapulang, Margasari, Pagerbarang, Bojong, Bumijawa dan Kedungbanteng.
Dahulu Kawedanan Jatinegara terdiri kecamatan Gantungan, Diwung, dan Jatinegara. Kecamatan lama yang kini sudah tidak ada ialah Jejeg dan Kalibakung, Gantungan dan Diwung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar